Permintaan Kopi Terus Meningkat, Petani Milenial Diminta Mencoba Ekspor

Kilasnetwork.com, Surabaya – Permintaan komoditas kopi terus meningkat secara global.   Tidak hanya di dalam negeri, namun di pasar luar negeri juga terjadi peningkatan permintaan seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Menurut data International Coffee Organization (ICO), konsumsi kopi global mencapai 166,35 juta kantong berukuran 60 kilogram pada periode 2020/2021, meningkat 1,3 persen dibandingkan periode sebelumnya.

Wilayah dengan tingkat konsumsi kopi tertinggi di dunia adalah Uni Eropa, dengan jumlah 40,25 juta kantong berukuran 60 kg, diikuti oleh Amerika Serikat dengan konsumsi sebanyak 26,3 juta kantong berukuran 60 kg. Brasil dan Jepang juga merupakan negara dengan tingkat konsumsi kopi tertinggi. Indonesia menduduki urutan kelima dengan konsumsi sebanyak 5 juta kantong berukuran 60 kg, sedangkan Rusia mengonsumsi sebanyak 4,7 juta kantong berukuran 60 kg.

Melihat besarnya kebutuhan kopi di pasar global, para ahli ekonomi berpendapat bahwa petani kopi milenial seharusnya mencoba melakukan ekspor karena pasar internasional masih terbuka lebar dan sangat potensial. Fernanda Reza Muhammad dari Akademi Mudah Export mengatakan bahwa sudah saatnya petani milenial mulai mencoba melakukan ekspor karena pasarnya masih terbuka lebar dan sangat potensial. Reza mengatakan bahwa petani kopi bisa memperoleh keuntungan yang jauh lebih tinggi dari ekspor daripada hanya menjual kopinya di pasaran lokal.

Fernanda Reza Muhammad dari Akademi Mudah Export

Dalam kasus ini disebutkan bahwa harga kopi pada saat panen hanya berkisar antara Rp15 ribu hingga Rp20 ribu per kilogram di tingkat petani, sementara saat diekspor bisa mencapai USD 9 hingga USD 11 per kilogram. Ini berarti ada kesenjangan harga yang sangat tinggi sehingga menunjukkan peluang yang sangat besar untuk meningkatkan pendapatan petani kopi melalui ekspor. Reza menambahkan, ada tantangan dan hambatan yang perlu diatasi untuk dapat memasuki pasar ekspor dengan sukses. “Bagaimana peluang ini bisa diambil. Tantangan dan hambatan ada, tetapi itu bisa dipelajari. Yang penting bagaimana petani mendapatkan informasi pasar, punya informasi peluang dan punya keinginan maju. Dan acara JCC ini sebagai salah satu langkah strategis BI untguk mewujudkan impian tersebut,” katanya.

BACA JUGA  PGN Gandeng TNI AD, Perkuat Keamanan Distribusi Gas Nasional

Selain itu, keinginan untuk maju dan berkembang juga menjadi faktor kunci untuk meraih kesuksesan di pasar ekspor. Oleh karena itu, acara Java Coffee Culture (JCC) yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Jatim diharapkan bisa menjadi salah satu langkah strategis untuk memberikan informasi dan motivasi kepada petani kopi dalam mewujudkan impian mereka untuk meraih kesuksesan di pasar ekspor. Indonesia memiliki posisi yang sangat penting sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia.

Data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menunjukkan bahwa produksi kopi global mencapai 170 juta kantong per 60 kg kopi pada periode 2022/2023, meningkat 2,8 persen dibandingkan periode sebelumnya. åIndonesia tercatat sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia pada periode tersebut, dengan produksi sebanyak 11,85 juta kantong. Sekitar 75 persen dari produksi kopi Indonesia berasal dari daerah dataran rendah di Sumatra Selatan dan Pulau Jawa.

Di tingkat provinsi, Jawa Timur (Jatim) memiliki potensi yang signifikan dalam industri kopi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan bahwa luas areal tanaman perkebunan kopi di Jatim pada tahun 2022 mencapai 113.148 hektare. Dari total luas tersebut, sekitar 22,63 persen berasal dari pemanfaatan kawasan hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani melalui pola agroforestri.

BACA JUGA  Dampak Tak Terukur, Kebijakan HGBT Bikin Pemerintah Kehilangan Puluhan Triliun

Selama tiga tahun terakhir, Jawa Timur mengalami pertumbuhan yang signifikan di sektor ekspor kopi. Pada tahun 2020-2021, Jatim menjadi provinsi dengan nilai ekspor kopi terbesar ketiga di Indonesia setelah Lampung dan Sumatera Utara. Pada tahun 2020, nilai ekspor kopi dari Jatim mencapai USD103,4 juta, sementara pada tahun 2021 meningkat menjadi USD133 juta. Pada bulan Oktober 2022, kinerja ekspor kopi dari Jatim mencapai 81.495.107 kilogram dengan nilai ekspor mencapai USD186,22 juta.

Dalam rangka meningkatkan daya saing dan menguasai pasar ekspor, Jatim harus memiliki strategi yang tepat. Salah satu strategi yang disarankan adalah melakukan diferensiasi atau kekhususan produk kopi. Jatim memiliki jenis kopi yang unik dan tidak ada di dunia, seperti Kopi Arabika Bondowoso yang merupakan satu-satunya produk Kopi Specialty (Kopi Blue Mountain) di Jatim yang telah mendapatkan Sertifikat Perlindungan Hak Indikasi-Geografis pada tahun 2013. Selain itu, kopi liberika dari Wonosalam yang mengandung sulphur juga memiliki keunikannya sendiri. Dengan mengangkat dan mempromosikan jenis kopi khas Jatim ini, diharapkan. (adm)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News