KILASNETWORK.COM – Kamboja menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat dengan Thailand di tengah pertempuran perbatasan yang telah memasuki hari ketiga dan menewaskan sedikitnya 32 orang. Seruan ini disampaikan oleh Duta Besar Kamboja untuk PBB dalam pertemuan darurat tertutup Dewan Keamanan PBB yang digelar di New York pada Jumat malam (25/7/2025), seperti dilansir The Guardian.
Dari total korban jiwa, 19 orang tewas di pihak Thailand dan 13 di Kamboja. Jumlah tersebut menjadikan bentrokan ini sebagai konflik paling berdarah antara kedua negara dalam lebih dari satu dekade.
Ketegangan yang dipicu oleh sengketa perbatasan yang telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun ini memaksa puluhan ribu warga sipil meninggalkan rumah mereka. Kementerian Kesehatan Thailand melaporkan bahwa sekitar 138.000 orang telah dievakuasi dari wilayah perbatasan. Sementara itu, pemerintah Kamboja menyatakan lebih dari 23.000 warganya juga telah mengungsi.
Dalam pertemuan PBB tersebut, Duta Besar Thailand untuk PBB, Cherdchai Chaivaivid, meminta Kamboja menghentikan semua bentuk permusuhan dan segera melanjutkan dialog dengan itikad baik. Sekretaris Jenderal PBB turut menyerukan agar kedua pihak menahan diri secara maksimal guna mencegah eskalasi lebih lanjut.
Malaysia, selaku ketua ASEAN tahun ini, menawarkan diri menjadi mediator. Pemerintah Malaysia mendesak kedua negara untuk menahan diri dan segera memulai proses dialog damai. Kekhawatiran serupa juga disuarakan oleh Amerika Serikat dan Tiongkok, yang menyerukan penyelesaian damai atas konflik tersebut.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, menegaskan bahwa pemerintah Thailand terbuka untuk jalur diplomatik, baik secara bilateral maupun melalui mediasi Malaysia.
“Kami siap, jika Kamboja ingin menyelesaikan persoalan ini melalui jalur diplomatik, baik secara bilateral maupun melalui Malaysia. Namun sejauh ini kami belum menerima tanggapan apa pun,” ujar Nikorndej sesaat sebelum pertemuan Dewan Keamanan PBB dimulai.
Sementara itu, Perdana Menteri Thailand sementara, Phumtham Wechayachai, memperingatkan bahwa konflik ini berpotensi berkembang menjadi perang terbuka jika situasi terus memburuk. Namun ia menegaskan bahwa untuk saat ini, bentrokan bersifat terbatas dan ditujukan semata-mata untuk mempertahankan kedaulatan nasional. (WTH)